Tangerang Selatan, SUARA TANGERANG – Seorang perempuan bernama Eva Sayanti (33), ditemukan terkapar bersimbah darah di Perumahan Amarapura Blok F2 Nomor 18 RT02 RW05, Kademangan, Setu, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Dari beberapa bagian tubuhnya, didapati sejumlah luka sayatan.
Informasi yang dihimpun, kejadian berlangsung pada Minggu 3 Desember 2017 malam sekira pukul 19.00 WIB. Ketika itu, Eva Sayanti didatangi oleh sang kekasih, Ridwan, yang ditemani seorang rekannya.
Tak beberapa lama, sekira pukul 21.30 WIB tiba-tiba adik korban bernama Nurleha (14) yang berada di dalam kamar mendengar jeritan kakaknya. Saat dihampiri, Ridwan spontan menghalangi sambil mengatakan jika korban sedang pergi ke pos jaga yang berada di pintu masuk komplek.
“Saya dengar jeritan, terus saya tanyakan kakak saya ke dia (Ridwan), terus dibilang kakak kamu keluar, ke pos,” tutur Nurleha, Senin (4/12).
Mendengar penjelasan Ridwan, Nurleha pun pergi mengarah ke Pos Sekuriti yang berjarak sekira 100 meter. Namun baru beberapa langkah, dia pun curiga, lantas kembali ke rumahnya.
“Begitu balik lagi sampai rumah, dia (Ridwan) pergi naik motor kakak saya. Terus saya lihat kedalam, kakak saya sudah meninggal, banyak darah,” imbuhnya dengan kondisi yang masih shock.
Dari penyelidikan polisi, korban tewas akibat banyaknya luka sayatan senjata tajam di bagian perut, pergelangan tangan, dan leher. Sedangkan motor dan handphone miliknya ikut dibawa lari oleh pelaku.
Belum ada informasi soal motif pelaku melakukan perbuatan sadisnya. Petugas sendiri, masih terus menyelidiki kasus ini dengan meminta keterangan saksi di lokasi kejadian.
“Belum bisa kita tentukan apa motifnya, proses penyelidikan sedang berjalan,” terang AKP Alexander Yurikho Hadi, Kasatreskrim Polres Tangsel kepada suaratangerang.com
Beberapa barang bukti yang diamankan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) antara lain, satu bilah pisau bergagang plastik warna kuning, 1 gelas bekas minum, serta sebuah topi warna hitam yang diduga milik pelaku.
Perumahan Amarapura sendiri sebenarnya memiliki sistem keamanan cukup ketat, hanya ada satu akses kendaraan keluar-masuk yang berada di pos jaga bagian depan. Meskipun, ada juga jalan setapak kecil di bagi belakang yang menghubungkan dengan pemukiman lain diluar komplek.
“Kalau malam cuma ada 3 petugas yang jaga, di pos depan satu orang, yang dua lainnya keliling komplek. Tadi malam saya baru dapat laporan kejadian jam 22.30 WIB, padahal waktu saya sebelumnya keliling lewat Blok itu sepi-sepi aja, kita juga nggak tahu itu pelaku keluarnya kapan, karena kalau bawa motor atau mobil cuma bisa lewat pos depan,” ungkap Masud (60), sekuriti Perumahan Amarapura. (H3n/*)